
MOMENTUM sembilan tahun perdamaian Aceh menjadi bahan renungan tersendiri bagi Menteri Sosial Badan Eksekutif Mahasiswa Unsyiah, Ramadhan. Pasalnya di usia yang hampir satu dekade ini perdamaian Aceh dinilai belum memberikan dampak signifikan terhadap mutu pendidikan di Aceh.
Secara fisik bangunan sekolah di Aceh boleh dikatakan sudah memadai, terutama di daerah pesisir yang umumnya dibangun kembali setelah tsunami. Namun secara kualitas dinilai masih tertinggal jauh dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Terutama untuk daerah-daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal seperti Pulo Aceh, Aceh Besar.
“Pendidikan kita masih belum maju, kalau secara fisik mungkin sudah oke tapi untuk manajemen sumber daya manusianya yang masih kurang. Seperti di Pulo Aceh guru-gurunya banyak yang berasal dari Banda Aceh, mereka tidak sering berada di sana,” ujar Ramadhan kepada ATJEHPOST.co, Senin 18 Agustus 2014.
Menurutnya esensi dari perdamaian adalah meratanya akses pendidikan bagi seluruh rakyat Aceh. Hanya dengan pendidikan masyarakat bisa merancang kehidupannya yang lebih baik lagi di masa depan. Karena itu, mahasiswa Sosiologi FISIP Unsyiah itu meminta pemerintah agar melibatkan masyarakat dalam setiap kebijakan yang diambil.
“Memang ada Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), tapi di beberapa daerah program pembangunan yang dilakukan pemerintah justru tidak berguna untuk masyarakat di sana,” katanya.
Misalnya ada sekolah yang dibuat di pedalaman Aceh justru tidak memiliki murid sama sekali. Hal ini kata Roma, tidak akan terjadi jika ada koordinasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat selaku penerima manfaat program.
Apalagi tahun depan pasar bebas ASEAN akan mulai berlaki, dan persiapan pemerintah untuk mengantisipasi hal ini dinilai sama sekali belum ada. Ia khawatir Aceh hanya akan menjadi target konsumtif dari serbuan produk-produk negara tetangga yang memang membidik Indonesia sebagai pasar potensial mereka.
“Peningkatan mutu pendidikan untuk anak-anak disabilitas juga perlu diperhatikan, di Aceh jumlah mereka cukup tinggi tapi tenaga guru yang mumpuni untuk mereka sangat kurang,” katanya.
Pemerintah menurutnya harus melakukan pemetaan terkait persoalan pendidikan di Aceh, mereka diharapkan turun langsung ke lapangan sehingga bisa memahami akar permasalahannya.[]
- See more at: http://atjehpost.co/articles/read/9543/Aktivis-Mahasiswa-Esensi-Perdamaian-Adalah-Pendidikan#sthash.KVAHiW02.u2QSshd8.dpuf
Secara fisik bangunan sekolah di Aceh boleh dikatakan sudah memadai, terutama di daerah pesisir yang umumnya dibangun kembali setelah tsunami. Namun secara kualitas dinilai masih tertinggal jauh dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Terutama untuk daerah-daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal seperti Pulo Aceh, Aceh Besar.
“Pendidikan kita masih belum maju, kalau secara fisik mungkin sudah oke tapi untuk manajemen sumber daya manusianya yang masih kurang. Seperti di Pulo Aceh guru-gurunya banyak yang berasal dari Banda Aceh, mereka tidak sering berada di sana,” ujar Ramadhan kepada ATJEHPOST.co, Senin 18 Agustus 2014.
Menurutnya esensi dari perdamaian adalah meratanya akses pendidikan bagi seluruh rakyat Aceh. Hanya dengan pendidikan masyarakat bisa merancang kehidupannya yang lebih baik lagi di masa depan. Karena itu, mahasiswa Sosiologi FISIP Unsyiah itu meminta pemerintah agar melibatkan masyarakat dalam setiap kebijakan yang diambil.
“Memang ada Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), tapi di beberapa daerah program pembangunan yang dilakukan pemerintah justru tidak berguna untuk masyarakat di sana,” katanya.
Misalnya ada sekolah yang dibuat di pedalaman Aceh justru tidak memiliki murid sama sekali. Hal ini kata Roma, tidak akan terjadi jika ada koordinasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat selaku penerima manfaat program.
Apalagi tahun depan pasar bebas ASEAN akan mulai berlaki, dan persiapan pemerintah untuk mengantisipasi hal ini dinilai sama sekali belum ada. Ia khawatir Aceh hanya akan menjadi target konsumtif dari serbuan produk-produk negara tetangga yang memang membidik Indonesia sebagai pasar potensial mereka.
“Peningkatan mutu pendidikan untuk anak-anak disabilitas juga perlu diperhatikan, di Aceh jumlah mereka cukup tinggi tapi tenaga guru yang mumpuni untuk mereka sangat kurang,” katanya.
Pemerintah menurutnya harus melakukan pemetaan terkait persoalan pendidikan di Aceh, mereka diharapkan turun langsung ke lapangan sehingga bisa memahami akar permasalahannya.[]
- See more at: http://atjehpost.co/articles/read/9543/Aktivis-Mahasiswa-Esensi-Perdamaian-Adalah-Pendidikan#sthash.KVAHiW02.u2QSshd8.dpuf